Selasa, Maret 10, 2009

Selingkuh??????

Please Deh!

Sejak awal kita pacaran, niatnya, ya, sama satu orang itu saja. Di perjalanan, tiba-tiba kita ketemu sama orang lain. Seseorang yang lama-kelamaan semakin dekat dengan kita. Tapi kedekatan ini senantiasa kita sembunyikan dari pacar. Lalu akhirnya terjadilah… perselingkuhan.

selingkuh artinya tidak berterus terang; tidak jujur; suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; curang; serong.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, 1991)

Selingkuh, ngeduain, cinta segi tiga… or whatever-lah. Sebenarnya apa, sih, artinya? "Selingkuh itu (ketika) orang melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya," jelas psikolog Zainoel B Biran, yang biasa dipanggil Pak Noel.

Maksudnya, saat dua orang memutuskan untuk pacaran, mereka punya komitmen buat menjaga hubungan. Misalnya, lawan jenis yang boleh ngajak kita jalan berdua cuma pacar, pegangan tangan sama lawan jenis pun hanya dilakukan dengan pacar. Jadi, saat salah satu pihak nge-date sama orang lain, bisa dibilang dia sudah selingkuh!

Dalam sebuah riset yang dilakukan psikolog Drigotas SM dan koleganya di Journal of Personality and Social Psychology tahun 1999, selingkuh disebut sebagai dating infidelity.
Istilah ini mengacu pada adanya perasaan bahwa pasangan telah melanggar norma dalam pacaran, yang berkaitan dengan interaksi terhadap orang lain dan diikuti
timbulnya kecemburuan dan persaingan.

Selingkuh itu sendiri juga dibagi dua: selingkuh fisik dan emosional. Selingkuh fisik artinya kita melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, seperti pelukan dan ciuman sama orang yang bukan pacar kita. Sedangkan selingkuh emosional lebih berupa perasaan kita terhadap orang lain yang bukan pacar. Contoh, kangen dan pengin sering ngobrol sama lawan jenis yang bukan pacar.

Batasan seberapa jauh
seseorang bisa disebut berselingkuh itu pun macam-macam dan sangat relatif. Dalam majalah Psychology Today terbitan Desember 2000, menurut teori evolusi psikologi zaman dulu, cowok akan lebih kecewa kalau pasangannya melakukan selingkuh fisik. Soalnya, cowok enggak akan terima harus membesarkan dan membiayai anak hasil perselingkuhan istrinya (iyalaah!). Sementara cewek bakal lebih sebal kalau pasangannya melakukan selingkuh emosional. Sebab, cewek pengin pasangannya ada di sampingnya untuk membantunya membesarkan keturunan.

Tapi teori ini diragukan oleh hasil eksperimen yang dilakukan Christine R Harris, profesor psikologi dari Universitas California, San Diego, tahun 2000.Reaksi seseorang terhadap bentuk selingkuh itu bergantung pada pengalaman hidupnya, bukan padajenis kelaminnya Ini juga disetujui oleh Pak Noel yang bilang bahwa selingkuh itu batasannya relatif. Tergantung persepsi orang masing-masing.

Ada cewek yang menganggap pacarnya yang sering ngobrolin tentang cewek lain artinya dia sudah selingkuh. Tapi ada juga cewek enggak menganggap pacarnya selingkuh walaupun pacarnya sudah pelukan plus ciuman sama cewek lain. Sebab dia tahu pacarnya sedang khilaf dan enggak ada feeling apa pun pada cewek tersebut.

Tomi, siswa kelas III SMA di Jakarta Selatan, mengaku selingkuh itu sudah terjadi ketika dia mulai kangen sama cewek lain yang sering diajaknya ngobrol tanpa ada kontak fisik. Lain lagi sama Dino (17), "Kontak fisik berlebihan sama orang lain walau enggak ada perasaan, itu baru selingkuh!" Jadi, batasan selingkuh itu memang bergantung pada diri kita.

Kenapa selingkuh?

Tapi kenapa, ya, banyak teman seumuran kita (mungkin kita juga termasuk) gampang banget ngeduain pacarnya?

"Remaja masih pengin main-main. Belum memantapkan pilihan. Sementara (saat pacaran) mereka terikat dan commited hanya pada orang," ujar Pak Noel sambil tersenyum.

Pak Noel juga menambahkan, dibandingin zaman dulu, keintiman hubungan antara cewek dan cowok bergeser. Sekarang banyak pertemanan yang "dihiasi" kontak fisik seperti layaknya orang pacaran. Enggak heran banyak juga yang pacaran, tapi masih "senang-senang" dengan orang lain yang bukan pacar.

Selain itu, kecenderungan mencari tempat curhat pun membuat seseorang jadi lebih rentan selingkuh. "Kadang-kadang sama pacar belum tentu bisa curhat. Apalagi menyangkut hubungan itu sendiri. Lalu ada tempat curhat yang bisa menjadi jalur untuk selingkuh," kata dosen sosiologi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Kebosanan juga menjadi salah satu penyebab kita rentan selingkuh. Kita bosan karena sudah berbulan-bulan stuck sama satu orang ini saja. Itu diakui oleh William, kelas III SMP. "Gue orangnya bosenan. Apalagi cewek, kan , suka marah-marah. Gue jadi makin bete. Gue bosannya enggak niat ketemu, gitu, sama dia," katanya.

Bahkan Dino yang belum pernah selingkuh pun mengakui makin bosan ketemu sama pacarnya. "Sudah tujuh bulan gue pacaran. Jadi bosan saja sama dia. Pengin, sih, selingkuh, tapi enggak, ah," kata Dino sambil tertawa.

Faktor lain dari diri kita yang memicu terjadinya selingkuh adalah untuk mencari kesenangan dan petualangan baru. "Aku cari kesenangan sendiri saja. Adacowok yang lebih dari cowok gue, ya, kenapa enggak?" aku Dinda yang pernah sekali berselingkuh.

Penyebab lain terjadinya selingkuh adalah keadaan hubungan itu sendiri. Kalau tiap hari kita berantem terus sama pacar, ya… lama-lama ilfil juga. Apalagi kalau berantemnya soal kebiasaan pacar yang cemburuan plus posesif. Aduuuh… males banget!"Posesif itu menghambat yang lain. Mendorong untuk selingkuh. Ada ketegangan dan kecemasan (dalam hubungan itu). Jadi hubungannya enggak dinikmati," jelas Pak Noel. Tuh, ingat-ingat, ya!

Uniknya lagi, ada penelitian terbaru di Inggris yang bilang faktor genetis memengaruhi kecenderungan kita berselingkuh! Dari penelitian yang melibatkan 1.600 cewek kembar tersebut disimpulkan bahwa 30-40 persen perselingkuhan disebabkan faktor genetis alias keturunan-walaupun ada faktor lain yang berpengaruh, seperti kualitas hubungan dan kesempatan berselingkuh. Meskipun riset tersebut dilakukan pada cewek saja, ilmuwan-ilmuwan yang terlibat percaya ini juga berlaku buat para cowok! Widiih, kayaknya kita mesti cek silsilah keluarga, nih!

Terbebas selingkuh

"Selingkuh itu enggak apa-apa karena kita masih muda dan mencari-cari pilihan!" Itu dalih yang sering diomongin para selingkuh-ers! Bleah! Emang, sih, masih muda… tapi biar bagaimana, kita juga harus belajar menghargai orang lain, dong. Apalagi kalau kita memosisikan diri sebagai pihak yang diselingkuhi. Enggak ada enak-enaknya lagi dibohongin! Yang ada malah saling menyakiti nantinya.

Jadi, gimana, nih, caranya kita terbebas virus selingkuh? Kalau masih pengin gebet sana-sini, ya, enggak usah pacaran. "Jangan bikin pernyataan aku pacarmu, kamu pacarku. Jalan bareng saja, tapi masing-masing bebas," kata Pak Noel.

Enggak ada komitmen, artinya kita lebih bebas. Enggak perlu ada tanggung jawab berjanji setia pada satu orang. Segi positifnya, banyak orang yang bisa kita kenal. Tapi enggak enaknya, agak sulit menemukan orang yang akan selalu ada di samping kita.

Lain lagi kalau kita memang mau pacaran, tapi tetap enggak mau kehilangan "wawasan" terhadap lawan jenis lain. Sebenarnya, kita juga masih bisa begini, kok. Inti selingkuh itu, kan menyalahi komitmen, maka dari awal sebaiknya dibahas "aturan-aturan" yang berlaku antara kita dan pacar. Seberapa jauh, sih, kita boleh berhubungan sama lawan jenis yang bukan pacar? Kita sebal kalau pacar kayak gimana, sih? Kita pengin hubungan pacaran ini berjalan seperti apa? "Membahas hal-hal ini berguna untuk mengantisipasi (perselingkuhan)," ucap Pak Noel

Hubungan kita dan pacar juga akan semakin clear. Kalau kita berkomitmen bahwa sah-sah saja jalan bareng sahabat pacar, kita enggak perlu pusing mikirin pendapat pacar, kan? Kita pun jadi tahu batasan bersikap supaya enggak sampai kecebur di lembah perselingkuhan.

"Aku sama pacar suka membahas. Tapi bukan yang mengancam, gitu. Misal, ada teman yang selingkuh, terus kita sempat ngomongin masalah itu. Terus, aku atau pacarku akan bilang, ‘Kamu jangan gitu, ya,’" curhat Anya, siswi kelas II SMA swasta di Jakarta Selatan yang belum pernah dan enggak niat selingkuh.

Solusi lain adalah membicarakan dengan pacar setiap masalah yang mengganggu hubungan kita. "Bicarakan masalahnya dan cari solusi. Jangan cari orang lain untuk membicarakan," saran Pak Noel. Apalagi kalau curhatnya malah sama lawan jenis lain yang agak-agak kita taksir. Hmm… itu, sih, namanya cari-cari kesempatan!

Mengenal lebih dekat

Manfaat penting pacaran
adalah kesempatan untuk belajar dan mengenali orang lain lebih dekat. Kita jadi lebih dewasa dan mengerti cara menyelesaikan masalah dengan baik. "Proses pacaran itu menghasilkan sesuatu yang membuat dua-duanya berkembang," ujar Pak Noel. Berdiskusi tentang keinginan kita dan pacar sebenarnya melatih kita berpikir lebih rasional dan enggak sekadar mengikuti emosi. Inilah kesempatan kita menjadi orang dewasa.

Keterbukaan semacam inilah yang juga penting dilakukan ketika kita merasa mendekati ambang perselingkuhan alias mulai menyukai orang lain yang bukan pacar. Akan lebih baik kalau kita membicarakan ini sama pacar daripada sembunyi-sembunyi dan justru makin menyakiti pacar. "Belajar jadi terbuka. Tapi setelah melihat dulu, kenapa kita suka sama orang ini? Ini mesti dijernihkan dulu," ungkap Pak Noel.

Pada dasarnya hubungan pacaran di usia kita memang sarana untuk makin mengenal orang lain dan bukan untuk melangkah menuju sehidup-semati. Perjalanan masih panjang dan masih terbuka kemungkinan kita atau pacar ketemu orang lain

Ada kata-kata bijaksana yang bilang, memang sakit melihat orang yang kita cintai berbahagia sama orang lain, tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kita cintai itu tidak berbahagia bersama kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar